BLOGGERKU

Monday, June 1, 2009

19 SMA DI INDONESIA SEMUA SISWANYA TIDAK LULUS UNAS 2009

Peristiwa memalukan kembali terjadi di dunia pendidikan. Tahun ini
terdapat 19 SMA di Indonesia yang 100 persen siswanya tidak lulus ujian nasional
(unas). Diduga, itu disebabkan kunci jawaban palsu yang diedarkan sekolah kepada
siswa.

Kasus tersebut terkuak di SMA Negeri 2 Ngawi, yang merupakan sekolah favorit di
kota kecil di ujung barat Jawa Timur. Dirjen Dikdasmen Depdiknas Suyanto juga
alumnus sekolah itu. Kemarin sekolah tersebut mengundang seluruh wali murid
kelas tiga. Kepala Dinas Pendidikan Ngawi Abimanyu dan Bupati Ngawi Harsono juga
dihadirkan dalam pertemuan sekolah dengan wali murid tersebut.

Dalam pertemuan tertutup itulah, menurut sumber, terkuak bahwa hasil scan lembar
jawaban komputer (LJK) unas menunjukkan seluruh siswa kelas tiga SMAN 2 Ngawi
(315 anak) dinyatakan tidak lulus. Para wali murid ditenangkan dan dijanjikan
ujian nasional ulang pada 8-12 Juni 2009.

Dalam pertemuan itu juga diungkapkan penyebab ketidaklulusan tersebut. Yakni,
semua siswa menggunakan bocoran kunci jawaban untuk mengerjakan soal unas. Tentu
saja tujuannya mengatrol nilai para siswa dan menjamin kelulusan 100 persen.
Ternyata kunci yang beredar itu salah. Dan, hasilnya justru 100 persen siswa
tidak lulus.

Para wali murid gempar. Sebab, sebagian siswa SMAN 2 telah diterima di berbagai
perguruan tinggi negeri (PTN) favorit melalui jalur PMDK (penelusuran minat dan
kemampuan). Dengan adanya kasus tersebut, tentunya membatalkan hasil tes PMDK.

Sempat tersiar kabar bahwa kunci jawaban palsu itu dari Badan Standardisasi
Nasional Pendidikan (BSNP) untuk menyukseskan penyelenggaraan unas. Apalagi,
pengumuman unas yang rencananya dilakukan minggu ketiga Juni 2009 bersamaan
dengan jadwal kampanye pilpres. Karena itu, kalau unas tidak diselamatkan,
stabilitas politik bisa terganggu.

Dikonfirmasi terkait kasus yang terjadi di SMAN 2 Ngawi, Ketua BSNP sebagai
penyelenggara Unas Prof Mungin Eddy Wibowo membantah bahwa pihaknya terlibat
dalam pemberian kunci jawaban palsu. ''Itu sama sekali tidak benar. Kalaupun
kami mengedarkan, mengapa harus kunci jawaban palsu? Saya tidak tahu dari mana
hal itu bisa mencuat,'' katanya.

Kendati demikian, Mungin membenarkan adanya kasus di SMAN 2 Ngawi. Lantaran
memercayai kunci jawaban palsu yang beredar, semua siswa tidak lulus unas.
''Setelah kami cocokkan dengan kunci jawaban asli, jawabannya salah semua.
Akibatnya, mereka tidak lulus,'' terangnya. Sebab, jawaban yang salah itu untuk
semua mata pelajaran yang diujikan.

Sebagaimana diketahui, ada empat mata pelajaran yang diujikan dalam unas SMA.
Yaitu, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan matematika.

Mungin menjelaskan, jawaban soal siswa SMAN 2 Ngawi semua sama. ''Tapi, jawaban
yang sama itu salah,'' ujarnya. Temuan di lapangan itu, kata Mungin, disampaikan
oleh Tim Pemantau Independen (TPI), Inspektorat Jenderal (Itjen), dan
masyarakat.

Setelah melalui pertemuan antara BSNP, Irjen, dan TPI, akhirnya diputuskan untuk
mengulang unas. ''Kalau tidak, kasihan siswa. Mereka malah tidak lulus semua.
Dengan pertimbangan itu, akhirnya kami adakan ujian ulang,'' jelasnya.

Ujian ulang itu, kata Mungin, dianggap tak menyalahi aturan. Sebab, pada ujian
pertama telah terjadi kecurangan sehingga ujian tersebut dibatalkan. ''Jadi, ini
bukan ujian susulan, tapi ulangan. Sebab, kami telah membatalkan ujian pertama.
Kalau ujian tidak diulang, mereka tak lulus semua,'' ucapnya. Untuk itu,
pihaknya telah memanggil kepala dinas pendidikan setempat terkait kasus
tersebut.

Mungin mengatakan, pihaknya telah mewanti-wanti agar siswa tidak memercayai
kunci jawaban palsu yang beredar. ''Kami sudah mengingatkan sejak awal. Ini
merupakan tanggung jawab sekolah untuk mengontrol yang terjadi di lapangan,''
ujarnya.

Di bagian lain, Koordinator TPI dan Pengawas Unas Tingkat Nasional Haris
Supratna membeberkan bahwa kecurangan itu tidak hanya terjadi di SMAN 2 Ngawi,
tapi juga di 18 SMA lain yang tersebar di berbagai daerah. Yaitu, Palembang,
Bengkulu, NTB, Gorontalo, Jabar, dan Jatim.

Kecurangan itu terungkap berawal dari ditemukannya pola jawaban yang sama pada
lembar jawaban ujian nasional (LJUN) siswa oleh TPI. Kecurigaan itu semakin kuat
karena pola jawaban tersebut tidak hanya ditemukan pada satu mata pelajaran,
namun juga pelajaran yang lain. ''Kalau di SMAN 2 Ngawi, kami menemukan itu pada
semua mata pelajaran. Contohnya, jawaban siswa A semua, sampai soal kesepuluh.
Padahal, penyusun naskah soal tidak mungkin menyusun kunci jawaban A semua
sampai sepuluh soal,'' tuturnya.

TPI melanjutkan penelusuran dengan mencocokkan apakah pola jawaban yang sama itu
ditemukan di kelas lain atau tidak. Ternyata, kata Haris, di semua kelas SMAN 2
Ngawi juga menjawab soal dengan pola jawaban sama. ''Jadi, jawaban satu sekolah
itu sama. Nggak mungkin rasanya kalau semua itu tidak dilakukan secara
sistematis,'' ungkapnya.

Dari temuan itu, akhirnya TPI bersama BSNP mencocokkan dengan kunci jawaban
asli. Hasilnya, semua jawaban siswa SMAN 2 Ngawi salah. Fenomena serupa terjadi
di 18 sekolah yang lain. ''Ada yang jurusan IPA saja, atau IPS saja. Ada juga
yang dua-duanya,'' terang rektor Unesa (Universitas Negeri Surabaya) itu.

Lantaran merupakan kecurangan, ujian tersebut harus diulang. Pengambilan
kebijakan itu merupakan bentuk sanksi yang diberikan kepada sekolah. ''Itu
namanya sanksi moral. Sebab, mereka harus mengulang ujian. Kami berharap kasus
ini tidak terulang,'' ungkapnya.

Haris menegaskan, adanya kasus tersebut tidak berarti telah terjadi kebocoran
kunci jawaban unas. ''Karena kan ternyata jawabannya tidak cocok,'' ujarnya.
Kendati telah ditemukan kecurangan, baik BSNP maupun TPI tidak berani menyebut
pihak yang paling bertanggung jawab. Sanksi tegas terhadap sekolah maupun siswa
yang melakukan kecurangan juga belum diberlakukan. Tak urung, kecurangan dalam
unas dari tahun ke tahun masih terjadi. Padahal, tahun ini pemerintah telah
menggandeng PTN untuk mengawasi pelaksanaan unas. (kit/tom/kum)
posted by reyzah yusak at 5:32 AM

0 Comments:

Post a Comment

<< Home